Memaknai Wafat Kristus : Dibalik Pengorbanan Ada Sejuta Berkat - AWIPA-MKW

Breaking

Selasa, 18 September 2018

Memaknai Wafat Kristus : Dibalik Pengorbanan Ada Sejuta Berkat

Tuhan Yesus Wafat di Kayu Salib, Ils | AWIPAA-MKW

Oleh  Petrus Yatipai

Opini, AWIPA-MKW | Jangan pernah ragu dan menghitung-hitung tentang berapa besar pengorbanan yang telah saya keluarkan demi menyelamatkan orang lain. Pengorbanan kita berupa, materi, moril dan waktu terhadap orang lain entah itu kepada; Orang Tua (Ortu) , Teman, Kakak, Adik, Orang-orang ditetangga rumah kita, bahkan pengorbanan kita kepada mereka yang berbeda latar belakang, Ras,Agama,Suku, dan Budaya pun perlu kita saling menolong dan menyelamatkan dari bencana-bencana yang dihadapinya. Biar, orang-orang itu diselamatkan dari kesusahan dan penderitaannya (Belajar dari kisah Tuhan Yesus).

Kita cukup berpikir  optimis saja. Pergorbanan, kasih sayang, dan pertolongan kita kepada mereka yang membutuhkan uluran tangn orang lain adalah suatu elemen penting meneruskan misi Tuhan Yesus. Jika dilihat dari aspek hukum Alam, Pengorbanan kita kepada orang disekitar kita, bukanlah kerugian, namun awal dibukanya pintu masuk, sejumlah berkat.

Dikesempatan ini penulis mengusut, Kisah perjalanan Perderitaan Tuhan Yesus Kristus yang pernah wafat di Kayu Salib dan dibangkitkan pada hari yang ke-3 (tiga) itu hanya karena kita Umatnya yang telah berada dan jatuh kedalam Dosa untuk diangkat dan dibangkitkan dengan sasarannya, "supaya selamat dari perbudakan dan belengggu-belenggu dosa." Yesus Kristus hanya seorang diri yang wafat dikayu salib dan kemudian dibangkaitkannya. Demi penyelamatan sejuta-jiwa Umat  di Panet Bumi, ia (Yesus) harus sensara dan di Salibkan. Itulah berkat istimewa yang telah diperjuangkan oleh sang aktivis sejati Putera Allah yang juga adalah Raja kita Umat Manusia untuk kita kembali diangkat dari maut kegelapan.

Seharusnya, Kita menolong orang lain tanpa pamrih, imbalan atau balas budi yang mutlak diharapkan. Tuhan itu, Maha Adil.tidak pernah memihak dan tidak pernah juga menutup mata. Ia selalu melihat dan memantau, disetiap langkah demi langkah dimana saja kita pergi. Serta itulah cara dia hadir dalam diri kita, untuk saling menyelamatkan dan membebaskan orang lain dari tengah persoalan melalui tindahkan nyata kita untuk saling  melihat.

Pada prinsipnya, manusia adalah makluk social yang diciptakan untuk,saling melayani dan menyelamatkan satu dengan yang lain agar hidup tenteram dan damai.

Pengorbanan kita kepada orang lain bukan menjadi barometer, bukan juga jaminan, bukan juga dengan istilah utang-piutang, melainkan itulah amal kasih dan rasa simpati kita untuk saling menolong.

Penulis adalah Manusia Papua

Editor : Admin